Oleh : Refki Abdillah (Sekjend PK KAMMI
Untirta)
Rabu, 14 Oktober 2015
Tak jauh dari Pelabuhan
Bakauheni, berdiri megah sebuah bangunan yang menjadi kebanggaan masyarakat
Lampung. Bangunan ini berdiri menjulang pada ketinggian 110 meter di atas
permukaan laut dan terletak tepat menghadap gerbang masuk Pelabuhan Bakauheni.
Inilah landmark Provinsi Lampung sekaligus titik kilometer nol selatan
Sumatera, yang dengan penuh kebanggaan diberi nama Menara Siger. Menara Siger
diresmikan oleh Gubernur Sjahroedin Z.P. pada 30 April 2008.
Menara Siger yang terletak
di Bukit Gamping, Bakauheni, Lampung Selatan, ini memiliki bentuk yang unik
dengan sembilan kerucut berwarna kuning keemasan yang berderet memanjang.
Bentuk ini mengadaptasi bentuk mahkota pengantin wanita (siger) dalam adat
Lampung. Sedangkan, pucuknya yang berjumlah sembilan adalah simbolisasi
sembilan bahasa yang ada dalam masyarakat Lampung. Kerucut pada bagian tengah
berukuran lebih besar dan lebih tinggi yang menjadi puncak dari menara ini.
Bertepatan berakhirnya
bulan Dzulhijjah merupakan tanda dari bermulanya tahun baru islam atau yang
kerap disebut tahun baru hijriah. Dimana tahun baru hijriah ini diambil dari
momentum hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah. Hijrah berarti bergerak
menuju ke tempat yang baik. Maka ini menjadi momentum baik pula yang di pakai
oleh segenap Pengurus KAMMI Komisariat Untirta untuk mengambil makna dari
pergantian tahun baru Islam ini.
Tepat pada tanggal 14
oktober atau 1 muharram 1437 H kemarin, segenap penggurus serta puluhan kader
KAMMI Komisariat Untirta melakukan sebuah refleksi perjalanan pergantian tahun
baru islam, bermula dari masjid kampus Untirta sebagai tempat meetpoint kader
berkumpul sekaligus kesempaatan ini di pakai oleh angkatan 2014 untuk melakukan
sesi foto angkatan serta pemilihan ketua angkatan.
Di sepanjang perjalanan
menuju menara Siger kita bisa mengambil banyak pelajaran yang Allah SWT
tunjukan kepada kita jika kita mau melihatnya, bermula ketika di atas kapal
laut banyak sekali anak - anak sekitar pelabuhan yang menjadi lumba – lumba
pelabuhan, mereka akan berenang ketika para penumpang melempar uang koin ke
laut. Demi sebuah koin mereka rela membahayakan dirinya, demi sebuah koin
mereka rela kedinginan, demi sebuah koin mereka rela meminum air laut. Yang
belum tentu itu dapat memenuhi kebutuhannya, namun mereka tau. Jika memilih
meratapi kehidupan dan menyerah pada keadaan itu tidak akan mengubah sedikit
pun, mereka tidak mau kehidupan yang keras malah melemahkan badannya, badan
mereka harus kuat demi melunakkan kehidupan. Jalan untuk dikasihi orang bukanlah
pilihan mereka meminta minta sama saja merendahkan diri serta menghianati
kehidupan yang harus di isi dengan perjuangan.
Saat matahari berada tepat
di atas kepala pada saat yang sama pula kaki - kaki para pejuang KAMMI
Komisariat Untirta menginjak Provinsi Lampung. Mata ini langsung di suguhi
sebuah bangunan megah sebagai sambutan hangat atas tamu yang datang. Seperti
melihat sebuah kemennangan Menara Siger itu terlihat dekat dari pelabuhan
Bakauheni yang jaraknya pun tidak lebih kurang sekitar 1 kilometer, dia begitu
dekat namun butuh perjalanan panjang untuk meraihnya, ditambah sinar matahari
yang menyengat membuat sekujur badan basah akibat tetesan keringat yang keluar.
Lantas jika kita menyadari bahwa sesungguhnya kemenangan yang hakiki begitu
dekat dengan kita bahkan setiap saat kita bisa meraihnya “Hayya alla sholla”
kemenangan itu hanya berjarak antara kening dan sejadah. Serta cobaan
dalam kehidupan yang menghampiri menjadi penggerat dan penyemangat dalam
menggapai kemenangan hakiki itu. Lelah, adalah hal yang biasa kita jumpai
dalam perjalanan, tapi jangan biarkan lelah menjadi teman baik kita, cukup
berjumpa saja, tapi jangan sekali kali menerima lelah sebagai kawan kita,
hingga angin-angin yang bergerak dari timur menuju barat itu dapat kita rasakan
mengaliri relung-relung badan ini di teras Menara Siger.
Menara Siger juga menjadi
simbol awal perjuangan, awal perjalanan, awal dari sebuah langkah pergerakan
menuju kemenangan. Karena tepat di selatan menara, terdapat tugu sebagai simbol
dari titik nol selatan Sumatera. Ini sebagai renungan bahwa perjalanan baru di
awal tahun Hijriah segera dimulai mari sambut kedatangannya dengan suka cita
dengan semangat membara serta jiwa jiwa yang pantang redup saat menghadapi
cobaan.
Di sela sore hari di bawah
Menara Siger telah di deklarasikan pasukan baru yang akan menompang perjuangan
ini ke depan, beban amanah seberat langit dan bumi serta isinya ini siap di
topang oleh pundak yang kokoh kaki yang kuat serta hati teguh. Selamat datang
“Mawar Harroki” (Angkatan 2014 KAMMI Untirta). Selamat berjuang selamat
berkarya.
Tidak ada komentar: