Oleh
: Imam Maulana
Ketua
KAMMI Komisariat IAIN SMH Banten 2013-2014
“Perjungan ini difikirkan oleh
orang-orang cerdas, dikerjakan oleh orang-orang ikhlas dan dimenangkan oleh
orang-orang pemberani”(Ahli Hikmah)
Munculnya gagasan pembentukan
kesatuan aksi bagi mahasiswa muslim adalah ide spontan yang muncul selama
diskusi-diskusi dalam sidang komisi FSLDK (Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah
Kampus) Nasional ke-X yang berlangsung sejak Jumat-Ahad, 25-29 Maret 1998, di
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Setidaknya ada dua alasan pembentukan
kesatuan aksi untuk menghimpun potensi mahasiswa muslim ini, terutama yang
tergabung dalam LDK. Pertama, keprihatinan mendalam terhadap krisis nasional
dan didorong tanggung jawab moral terhadap penderitaan rakyat yang masih terus
berlangsung serta itikad untuk berperan aktif dalam proses perubahan ke arah
lebih baik.
Kedua, kesepakatan di komisi pada
acara FSLDK Nasional Ke-X di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kesepakatan
tersebut berintikan pernyataan bahwa diperlukan koordinasi dan konsolidasi
antar kampus, khususnya LDK, guna membangun kekuatan yang dapat berfungsi
sebagai peace power untuk melakukan tekanan moral terhadap pemerintah. Pada
rapat pleno FSLDK Nasional Ke-X juga disepakati dibentuknya wadah yang dapat
mengoordinasikan dan menyatukan berbagai LDK dan wadah tersebut harus berdiri
dan tidak berada dalam FSLDK. Lembaga tersebut dibutuhkan sebagai wadah yang
berkonsentrasi pada agenda politik.
Penggunaan nama KAMMI memiliki lima
konsekuensi Pertama, KAMMI harus menjadi kekuatan terorganisir untuk menghimpun
berbagai elemen mahasiswa muslim, baik perseorangan maupun lembaga, yang
sepakat bekerja dalam format bersama KAMMI. Kedua, KAMMI harus membangun
gerakan yang berorientasi kepada aksi riil dan sistematis dengan dilandasi
kematangan gagasan konsepsional tentang reformasi dan pembentukan masyarakat
madani. Ketiga, aktivis KAMMI adalah kalangan mahasiswa dari berbagai strata di
seluruh daerah di Indonesia. Keempat, kekuatan inti KAMMI adalah kalangan
mahasiswa dengan komitmen perjuangan keislaman dan kebangsaan yang jeas dan
benar serta senantiasa menunjukkan akhlaqul karimah dala berbagai aktivitasnya.
Kelima, gerakan KAMMI dilandasi pemahaman akan realitas bangsa Indonesia dengan
berbagai kemajemukannya, sehingga KAMMI akan bekerja untuk kebaikan dan
kemajuan bersama rakyat,bangsa, dan tanah air Indonesia.
Sepak terjang gerakan KAMMI dalam
kancah pergulatan mengawal reformasi bermula dari pola baru aktivitas ke-islaman
mahasiswa era 1980-1900an. Ada dua faktor penting yang mengkonstruksi pola baru
ini. Pertama, munculnya kelompok anak muda yang memiliki semangat tinggi dalam
mempelajari dan mengamalkan Islam, sebagai respon dari tekanan politik
pemerintahan orde baru terhadap umat islam. Kedua, adanya sebuah public sphere
(ruang publik) yang relatif lapang, yang bernama masjid kampus, tempat di mana
idealisme kaum muda Islam itu mengalami persemaian ideal dan pengecambhahan
secara cepat.
Telah hampir 17 tahun lebih KAMMI
bergerak berikhtiar mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Tentu bukanlah
waktu yang singkat. KAMMI terus melakukan penguatan-penguatan internalnya
supaya menjadi organisasi yang dewasa. Karena untuk menyelesaikan problematika
Indonesia yang kian hari kian ironi ini perlu kiranya menyelesaikan pembenahan
permasalahan yang terjadi di tubuh KAMMI itu sendiri. Seluruh kader-kader KAMMI
berupaya menjadikan KAMMI sebagai organisasi yang tak luput di medan
kontribusi. Dengan tanggungjawab yang besar tersebut dibutuhkan kader-kader
yang memiliki militansi yang kuat. Lalu dimanakah kader-kader tersebut
diperoleh? Di mana lagi selain di tataran terbawah organisasi KAMMI, yakni
tataran komisariat.
Anak-anak komisariat inilah basis massa
sesungguhnya gerakan KAMMI. Tidak akan ada pengurus Daerah/Wilayah atau bahkan
Pusat, tanpa hadirnya tangan-tangan hebat anak-anak komisariat yang senantiasa
terus belajar dan berkontribusi menyambung nafas gerakan KAMMI.
Salah satu karakteristik perjuangan
KAMMI ialah harokatul tajnid (organisasi pengkaderan). Beragam dinamika terjadi
di masa awal pengkaderan komisariat. Dinamika di komisariat ibarat proses
metamorfosis. Setidaknya ada 2 hal yang bersinggungan terkait proses
pembentukan di periode awal ini. Pertama, kondisi mahasiswa baru memiliki
emosional yang masih sangat labil. Mereka masih meraba-raba untuk menentukan
suatu pilihan. Pada dasarnya mahasiswa baru adalah anak-anak SMA yang baru saja
lulus kemarin sore. Fikiran mereka masih tertinggal di dunia sekolah. Butuh
waktu untuk beradaptasi dengan kehidupan baru dunia kampus dan segala yang ada
di dunia kemahasiswaan. Kedua, kultur organisasi KAMMI yang kental dengan
nuansa keislamannya terkadang gagal teradaptasi oleh kader anyar. Kultur ini
dianggap kurang bersahabat dengan kebiasaan mahasiswa baru pada umumnya.
Misalanya kader-kader KAMMI tidak merokok. Sehingga menciptakan kesan bahwa
perokok tidak boleh menjadi kader KAMMI. Maka dengan dua hal tersebut menjadi
tantangan bagi kader kader pengurus komisariat untuk menjaga dan mengarahkan
kader-kader baru. Memang tidak mudah, akan tetapi akan berakibat fatal jika
tidak pintar-pintar mengendalikan jalan pikiran kader-kader baru di komisariat.
Pastikan kader-kader baru berhasil melewati tahap awal, yakni adaptasi.
Kader-kader
komisariat pun dituntut untuk mengabdikan dirinya dalam aktivitas-aktivitas
kampus. Bagi anak-anak komisariat, KAMMI adalah induk organisasi mereka.
Seaktif apapun mereka di organisasi kampus lainnya, mereka akan selalu pulang
ke induknya untuk mendapatkan pengarahan dan pembinaan kembali di rumah besar
KAMMI. Di rumah inilah mereka belajar dan di organisasi intra kampus mereka
mengimplementasikan pelajaran yang didapat di KAMMI. Seperti halnya setiap
tahun di berbagai kampus pasti melaksanakan pesta demokrasi untuk menentukan
pemimpin kampus di tataran tertinggi (Institut/Universitas), Fakultas, dan
Jurusan. Di momen ini kader-kader KAMMI bertarung strategi politik kampus. Dan
di manapun mereka ada di tataran BEM/DEMA atau HMJ mereka akan membawa semangat
hasil kristalisasi pembinaan di KAMMI. Sehingga kehadiran mereka di berbagai
lini menjadikan kekuatan besar untuk bergerak merealisasikan Visi besar KAMMI (KAMMI
adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam
upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami).
Pembiasaan di level komisariat akan
menentukan pembiasaan di level berikutnya. Kalau di komisariatnya saja sudah
malas-malasan bagaimana selanjutnya? Kader-kader KAMMI di komisariat harus menjadi
kader yang lebih rajin dan disiplin dari kader-kader lainnya (semua
level/organisasi mahasiswa/wajihah dakwah). Misalanya kebiasaan untuk semangat
beribadah, semangat membaca buku, semangat berdiskusi, semangat disiplin waktu,
dan sebagainya. Karakter rajin dan dispilin sudah barang tentu harus melekat
pada jati diri kader-kader komisariat. Akan tetapi hal ini bukan berarti
menjadikan kader di tataran Daerah/Wilayah/Pusat boleh untuk menurunkan
qualitasnya. Namun sekali lagi pembiasaan di awal amat berpengaruh dengan masa
depan kader KAMMI.
Banyak diantara pengurus komisariat
yang merasa belum meresapi manhaj perjuangan dan terkesan meraba-raba dalam
bergerak. Ketahuilah bahwa ideologi KAMMI sudah amat jelas termaktub dalam
AD/ART,GBHO dan Manhaj Kaderisasi, serta buku-buku penunjang. Insya Allah jika
kita mau mempelajarinya kita tidak akan menemukan jalan buntu dalam merespon
visi KAMMI ini.
Perubahan-perubahan besar bermual
dari komunitas-komunitas kecil. Mustahil terjadi reformasi tanpa adanya gerakan-gerakan
kecil yang mengawalinya. KAMMI telah menjadi lokomotif gerakan reformasi. KAMMI
bukan anak kandung reformasi, tapi KAMMI yang membidani perjuangan reformasi.
Karena di tubuh kader-kader KAMMI mengalir gen para pahlawan yang senantiasa
bergejolak manakala kebatilan mencoba berkuasa. Gen-gen tersebut setiap tahun
bermunculan hasil dari tangan-tangan kekar anak komisariat yang berjibaku
menyambung nafas generasi para pahlawan.
Bersemangatlah kader-kader KAMMI
Komisariat. Mari mengeja perjuangan dari anak tangga ini. Taati proses yang
ada. Jangan sia-sia kan kesempatan ini untuk terus belajar. Mari perhatikan
kembali Indeks Jati Diri Kader (IJDK). “Kemenangan Islam Adalah Jiwa Perjuangan
Kami” (Prinsip gerakan KAMMI Point pertama). Kita adalah anak kandung dakwah
yang akan senantiasa beredar bersama dakwah ini kemanapun perginya. Rahib di
malam hari dan pejuang di siang hari. Pererat kembali rasa persaudaraan ini.
Lakukan apa yang bisa kita lakukan saat ini, insya Allah, Allah akan bantu
dengan apa yang tidak bisa kita lakukan. Ayo rekrut! Bina! Karyakan!
Daftar
Pustaka
Andi
Rahmat dan Mukhamad Najib, Gerakan
Perlawanan Dari Masjid Kampus, (Yogyakarta:Profetika, 2007)
Mahfud
Sidik, KAMMI dan Pergulatan Reformasi, (Solo:Era
Intermedia, 2003)